Mungkin malam
itu adalah puncak dari kegalauan yang pernah kurasa. Debaran hati yang lara
mengikis segala emosi dan pikiran yang membuat semuanya terasa kacau dan
derita, atau yang mungkin biasa disebut galau. Hampir 3 bulan lebih kejadian
itu sudah berlalu, tetapi tetap saja terukir di tiap kuhembuskan nafas ini. Inginnya sih menghamburkannya dan
mengusap halus tiap noda itu seperti noda yang menempel di sebuah kaca. Gampang
sih untuk dihapuskan, tapi ketika mencoba menghapusnya, bayangan wajah ini
terpantul bagai dua sosok kembar yang saling berpantulan. Mata sayu mengingatkan
tiap tetesan yang sudah dikeluarkan, habis terjatuh tak berbalaskan. Apa salah
ku??Malam – malam ini ku ditemani perasaan – perasaan sendu tak beralaskan. Rasa keheningan semakin menjalar, menambah kebahagiaan yang semakin memudar. Lagu menggalau pun sudah bermain memainkan iramanya mengajakku untuk bergalau ria. Dan aku siap untuk menikmatinya sendiri malam itu. Bersiap - siap untuk melepas segala rasa. Sesaat kuberfikir , bodohnya aku. Tak pernah kumerasa sebodoh ini. Aku pun tertawa dalam perih batinku dan kembali termenung mengingat kembali sesuatu yang menjadi benang yang sudah meruwet di pikiranku. Benang itu kusut dan mungkin memang sudah tak berujung. Entah dimana kedua ujung benang itu. Aku pun enggan untuk memikirkannya. Sedetik pun terasa berjalan terlalu lama, seperti slow motion yang terus menghantuiku. Tiap hembusan nafas pun terdengar seperti angin yang menggelora bersama dengan jantung yang terus berdetak. Semenit pun terasa lebih lama. Lima belas menit, tiga puluh menit. Sesaat aku tersadar, dan membuyarkan segala lamunanku.Seketika aku merasa bertambah semakin bodoh dengan apa yang baru saja kulakukan. Hahahaha... Buat apa memelihara kegalauan ini??? Seperti orang bodoh saja. Bisikan yang menyemangati diri sendiri pun terasa sangat berarti. Aku segera berdiri dan melanjutkan segala aktivitasku.....




0 komentar:
Posting Komentar